I.
Guru
aku ingin menjadi guru
dan menguji apakah
ada perasaan yang abadi
Mungkin perasaan
seperti air limbah
Dibuang dan kembali
didaur ulang
kita teguk atau kita pakai cebok
Sebab perasaan
tak sengaja dipikir, terjadi
Dan seperti puisi:
datang tak diundang
pulang ingin kita serta
Di lubuk hati
barangkali tak ada yang mengolah limbah
bernama perasaan
Namun
aku akan menjadi guru
untuk menguji hal itu
Sedangkan kamu adalah muridku:
seorang pendebat ulung
II.
Tell me that you’re coming through
Hug me strong enough
Wake me up from reality
You might slap me in the face
then I knew you were gone
Face of mine; but it’s not supposed to have a stage in your dream
My feelings just passed away, like a stranger in a metropolis, beneath towers and satellites
Seasons will come, unstoppable
But I wish you’d be able
to meet with me
Eye-to-eye
Head-to-toe
Heart-to-heart
Love is timeless
but we’re running out of time
We were chased by expectations and reality
We were haunted by our anxieties
In the end, we arrived at a conjunction
I just want to touch you
And thank you
III.
Agaknya
Setelah hari ketujuh
Tuhan diam-diam menciptakan
perpisahan
Sejak hari itu
manusia mengenal segala turunannya:
Kematian
PHO
PHP
Putus cinta
Atau sekadar tidak naik kelas
Tapi karena manusia sok tahu
Barangkali cerita itu
mengada-ada
Hasil kerja orang merana
Hasil kerja mahasiswa
yang kebanyakan mengidap
Kafka dan Spotify
Tak apa juga
Perpisahan bak kopi tubruk
yang kuminun
meski tak suka kopi
Toh aku juga tak suka bunga
namun kutemukan juga
wangimu yang bikin terjaga
(makanya, aku nggak perlu kopi juga, kan!)
Perpisahan, mungkin
adalah kamu
adalah aku
adalah kita
adalah mereka — yang tak tahu apa-apa
Itu seperti almanak
Kuharap bisa kita tutup
atau kita buka
di waktu yang lebih pas
Kendati kita bukan penyihir
melainkan dua pesulap picisan
dengan
pertunjukkan
berjudul
membohongi diri sendiri
IV.
I drank this coffee
with a bitter expectation
and a greater depression
It jolts me awake
But it hasn’t moved me away from our memories
After a deep conversations
Here come two strangers
Does coffee kill you?
Oh, Dear…
Stomachache
afflicts me nothing
but I do like you
I love heartache
that breaks me down
to nothing
A little poem
Long thoughts
Carpe diem
Because the future is a darkness
I see a light
when our eyes meet
and our words flow together
But the past is the past
V.
Cerita ini berakhir di bilik toilet
Di antara dinding yang penuh baret
dengan perut yang sembelit
rindu seperti hutang, melilit-lilit
Dan rindu ini harus kita bayar lunas
Dan aku berjanji kau tak kulepas
Sayangnya toilet adalah semesta lain
inspirasi menjalar menjalin
Tapi keluar kita kembali jadi kemarin
Setelah ini, aku ingin tidur
Membiarkan mimpi melantur
Kuharap mimpi akan pusing
dan membicarakan tentangmu
Semoga ia kebanyakan minum
sehingga membocorkan banyak hal:
senyuman
sentuhan
serta
tatap mata yang
tak pernah
kita
terjemahkan
dan akan selalu seperti itu